Minggu, 27 April 2014

Cara Mengatur Format Waktu Dan Tanggal di Blogger/Blogspot

        Kali ini ane mau berbagi pengalaman ane, pas baru bikin blogspot. Ane gak terlalu memperhatikan pengaturan waktu di blogger. Karena pertama saya pemula, belum tau. Kedua, setelah tau-pun saya pikir tidak terlalu berpengaruh, masalah waktu. Tapi ternyata, di kemudian hari saya mau posting, dan postingannya itu saya maksudkan untuk stock di hari-hari berikutnya. Jadi, saya atur jadwalnya pada jam, hari, tanggal dan tahun tertentu. Maksudnya biar kerjaan enteng. Gak banyak posting, gitu.

        Akhirnya baru saya sadar setelah mengalami tanggal dan waktu tidak muncul pada saat mempublikasikan dua atau lebih postingan pada tanggal yang sama atau hari yang sama. Saya pikir, google bisa keder juga. Mungkin dia bingung sama informasi zona waktu kita. Heuheu.

         Lalu akhirnya saya cek setelan bahasa dan pemformatan. Eh, ternyata bener. Pantes aja google keder, akun saya kan akun Indonesia, zona waktunya harusnya menggunakan zona waktu Jakarta; lah, ini waktunya daerah lain. Saya lupa negara atau wilayah mana waktu itu. Yang jelas, cepat-cepat saya rubah semuanya.

        Nah, buat kalian yang mungkin mengalami hal yang sama seperti saya, bisa mempraktekan langkah berikut ini untuk mengatasinya.

          Sekarang saya contohkan seolah-olah pada zona waktu Nederlans (Belanda).
Langkah-langkah:
1. Masuk dulu ke blogger
2. Pilih blog kalian
3. Kemudian klick setelan, pilih bahasa dan pemformatan
4. Setelah itu tampak menu pengaturan bahasa dan pengaturan waktu, silahkan sesuaikan dengan zona waktu kalian, kemudian simpan setelan
5. Untuk lebih jelasnya, bisa lihat gambar dibawah ini:
 



     
        Mungkin masalah ini terlihat sepele, ya. Namun dampaknya ternyata tidak begitu. Zona Waktu, ternyata sangatlah penting. Mengingat waktu yang akan di tampilkan pada postingan, akan di sesuaikan dengan waktu wilayah yang kalian pilih. Untuk wilayahnya sendiri, setau saya hanya tersedia Jakarta (Indonesia). Setelah beberapa kali saya mencari Bandung, sesuai dengan domisili saya sekarang, tidak ada. Jadi saya rubah waktunya itu dengan wilayah Jakarta.

        Nah, untuk Format Header Tanggal, Format Timestamp dan Format Stempel Waktu Komentar itu mengikuti setelah zona waktunya di rubah. Dan silahkan, sesuaikan dengan keinginan kalian; apakah ingin menampilkan semuanya (jam, tanggal, hari, bulan dan tahun) atau hanya menampilkan sebagian saja. Terserah, itu sesuai selera kalian.

       Oke, itu saja. Demikianlah cerita pengalaman saya, yang saya bagikan, tentang Cara Mengatur Format Waktu Dan Tanggal di Blogger/Blogspot. Semoga bermanfaat. Jangan lupa baca tulisan lainnya di blog ini, dan tinggalkan komentar. Jika berkenan bisa tukar link blog, dan saling berbagi informasi. Trims
Baca selengkapnya » 0 komentar

Proses Pembuatan Gitar "Tanggoli"

Foto: Gitar pertama (setengah jadi)
Foto: Pembuatan body gitar
       Gitar "Tanggoli" pertama. Tipe FG. Sedikit berbeda dengan gitar-gitar pada umumnya. Papan board diangkat keatas beberapa centimeter, atau memposisikan fret 15 tepat pada batas body gitar. Yang umum batasnya itu adalah posisi fret 14. Kontruksi tulang dalam, kokoh dan bentuk body yg di desain sederhana, namun khusus, menjadikan suara gitar "Tanggoli" ini nyaring dan renyah. Di bubuhi ukiran sederhana diatas kepala dan diujung bawah papan board menambah keistimewaan gitar ini. Desain terlhiat sederhana tapi elegan. Kemudian tidak lupa di kepala tertulis "Tanggoli" dan di dalam body gitar tertulis jenis, seri dan tahun pembuatan sebagai identitas.
Foto: Baru selsai cat awal dan penghalusan

     Ini adalah gambar gitar yang baru proses penghalusan dan pewarnaan awal. Dengan warna cat orange terang. Pada tahap ini gitar dihaluskan dan di beri warna tipis saja.


        
Foto: Pemasangan Equalizer
      Ini adalah foto ketika pemasangan equalizer. Pada proses ini perlu ketelitian yang amat sangat. Kenapa? Karena jika salah, meleset sedikit saja, maka pisau cuter akan merobek badan gitar. Atau kemungkinan lain bisa melukai tangan. Jadi dua-duanya gak enak kan? Heuheu. Pengerjaannya lumayan agak lama. Padahal terlihat sepele, bukan. Iya, karena harus hati-hati itu, makanya jadi lama. Tapi kalo udah biasa mah gak bakalan lama. Ketika proses ini seringkali terjadi kesalan-kesalahan kecil yang dapat membuat kita prustasi. Misalnya udah beres dipasang, pas di cobain gak nyala. Dan lain-lain.

Foto: Pngetesan suara

         Foto ini diambil ketika gitar "Tanggoli" di tes suaranya. Ternyata percobaan menaikan papan board juga berpengaruh pada ketegangan senar dan tinggi rendahnya nada. Hasilnya adalah senar menjadi tegang, itupun tdak menyentuh nada standar. Singkatnya nada gitar satu oktap lebih rendah daripada gitar pada umumnya. Jadi ketika ingin bermain pada nada standar kita menggunakan penjepit neck, atau biasa kita sebut capo, di fret kedua. Tapi untuk suara yang dihasilkan sangat bagus, jernih, renyah dan nyaring, karena body gitar yang dibuat khusus agak besar dan bulat. Sehingga menghasilkan resonansi gelombang bunyi yang cukup banyak dan padat.


          Dari pengalaman membuat gitar sendiri ini, dengan percobaan yang berani, tentu banyak resiko yang mungkin terjadi. Namun, kalaupun terjadi kesalahan atau ketidak sempurnaan dari percobaan kita, itu merupakan proses pembelajaran untuk terus mencoba bereksperimen dan menghasilkan karya-karya yang baru dengan inovasi yang baru.
          Nah, mungkin itu saja sedikit cerita tentang pembuatan gitar "Tanggoli". Semoga jika nanti kalian ingin membuat gitar sendiri (costom), dengan desain sendiri, menjadi lebih berhati-hati dan mempertimbangkan apa-apa yang mungkin terjadi.
         Yups, segitu saja. Terimakasih sudah membaca, dan jangan lupa baca tulisan yang lainnya, ya. :D Satu lagi, follow dan tinggalkan komentar. Atau jika berkenan, silahkan bisa tukar link blog. Nanti kita sharing informasi. Trims!
Baca selengkapnya » 0 komentar

Yang Jomblo Di Gazebo

Foto: Dari google
Malam ini, sabtu tanggal 26 april 2014. Ya, betul, sekarang malam minggu. Aku berkumpul bersama orang-orang jomblo di gazebo kampus. Ternyata setelah sekian lama nongkrong di gazebo, baru tahu kalo malam minggu disini rame banget. Rame sama jombloers. Heuheu. Udah kayak reuni jombloers aja. Ada banyak orang jomblo disini. Gazebonya ada 4, rata-rata diisi sekitar 10 orang. Jadi, sekitar 40 jombloers yang ngumpul disini. Ternyata lumayan banyak mahasiswa UIN Bandung yang jomblo, ya. Kasian. Hahaha

Lalu, aku? Apa aku jomblo? Entahlah. Bagiku itu tidak terlalu penting. Yang penting bagaimana aku sekarang nyaman dengan keadaanku dan berkarya tanpa harus terhambat oleh hal-hal begituan. Aku hanya ingin menikmati hidup, tak ingin diganggu dan tak ingin mengganggu orang lain, siapapun itu. Yang jelas, aku senang berada diantara sekumpulan makhluk jomblo malam minggu ini. Hehe

Mereka (jombloers) ngapain aja di gazebo? Ada yang internetan: nyari bahan buat tugas makalah, main facebook, twitter-an, main game online, ada yang donlot-donlot juga. Donlot apaan ya mblo? Hayooooo!!! Ada yang maen PES, ya elah mblo, maen PES juga kenapa harus di gazebo? Kan enakan di kostan sendiri. Ada juga yang ngadon dahar, balotram (makan-makan). Haduh, para jomblo ini kompak banget dah. Gak punya pasangan, jadi makannya sama temen-temen jomblonya. Tunggu, disini cuma ada cowok loh, gak ada cewek. Cowok sama cowok makan bareng di gazebo, tempatnya remang, gelap. Aduh, udah kayak....? Iiiiwwwuuuhhh

Tapi gak apa-apa lah, yang penting ngumpul. Gak macem-macem. Gak kek mereka yang pacaran, mungkin ngumpul juga, tapi ngumpul kebo. Gak semuanya, sih. Ah, sudahlah. Kami disini berkumpul dan bersilaturahmi. Kita jadi tau satu sama lain. Kenalan. Banyak dari jurusan-jurusan lain. Ketawa bareng, asik deh pokoknya. Ketimbang ngabisin waktu yang gak guna sama pacar yang belum tentu bakal jadi pasangan sah kita.

Ini bukan gerutuan seorang jomblo. Ya, kalo mau dibilang gitu juga gak apa-apa. Gak bakalan nambah atau ngurangin apap-apa dari kami. Kami juga gak melarang pacaran. Karena yang berhak melarang katanya agama.

Ah, sudah dulu, ya. Saya ingin kembali bercanda dengan para jombloers disini. Nah, buat kalian yang ingin gabung, silahkan dateng aja kesini [at] Gazebo UIN Bandung. Yang mau internetan, boleh. Ada banyak jaringan wifi yang pastinya gratis tis tis. Disediain sama kampus, pemerintah. Hatur tekngyu  pak Dedy Ismatuloh elaku Rektor UIN Bandung dan pak Rdwan Kamil, walikota Bandung yang udah memfasilitasi kami, internet. Nuhun pisan pak. Kami mati tanpa internet. Alah siah, heureuy ketang eta mah. Geus ah, gudbay sadayana. :D
Baca selengkapnya » 0 komentar

Quote Tentang Cinta

Foto: Dari google
"Cinta adalah sebuah kata yang maknanya lebih luas dari kata cinta itu sendiri" ~ Aziz Tanggoli

"Jika kau adalah seorang penyelam handal. Kau selami lautan hingga ke dasar. Tapi kau tak akan pernah mampu menyelami dalamnya Cinta" ~ Aziz Tanggoli

"Cinta bukanlah bicara tentang apa yang kita pikirkan, tapi tentang apa yang kita rasakan." ~ Aziz Tanggoli


Baca selengkapnya » 0 komentar

Sabtu, 26 April 2014

Puisi: "Disudut Dipan Usang"

Foto: Dari google
Disudut Dipan Usang
Oleh: Aziz Tanggoli

hela nafas masih tersengal..
kata-kata masih terbata-bata..
udara segar masih tersentak di hidungku yang busuk..

nyanyian pagi yang seharusnya indah..
aku hanya mampu mendengarnya seperti kaleng bekas;
yang ditabuh anak pinggiran..

kini tak merdu lagi..

mataku hanya sanggup menangkap cahaya hitam
dibalik kaca sialan yg kusam..

tubuhku tak berusik, bak bangkai tikus dilorong selokan yg kotor..

sendiri, tak berkawan..

masih terbaring, lemah tak berdaya

.....disudut dipan usang
Baca selengkapnya » 0 komentar

Puisi: "Masa Teracuni"

Foto: Dari google

Masa Teracuni

Oleh: Aziz Tanggoli



Mata rampah tertuju pilu

Pada satu; yang jadi buru

Disana terlihat hati yang bejat;

Menggoyah tak takut laknat



Disana terdengar bisikan;

Alunan khotbah dari sungut-sungut syetan

Dia mengiris ketakutan

Namun tampak; sesekali tawa membias pandangan



Kelakar laga alim;

Pandai berbudi, lantang mengkaji

Setiap ucap adalah Alqur’an; tapi diselimut penyesatan



Bibir-bibir deras mengalir dzikir;

namun dihati dengki dan kikir



ucap lampah, tingkah polah; hanya menjadi hiasan belaka

yang ada hanya kebohongan

palsu; keruh fatamorgana



wahai hidup, apapun yang terjadi; yakinku bukan ilusi

tapi bukti; bukti dari masa yang telah teracuni
Baca selengkapnya » 0 komentar

Puisi: "Labirin Berengsek!"

Foto: Dari google
Labirin Berengsek!
Oleh: Aziz Tanggoli

Terperangkap dalam ruang batas tak terduga..
nyiluk aku brtanya,
apa ini? apa yang tengah terjadi..??



jala waktu ini seperti labirin raksasa..
menghimpitku dalam gelap tak bernyawa..

aku kikuk tak berkutik..
hanya tunduk pada telunjuk besar yang menakutkan..
aku seperti lembu besar yang bodoh..
aku bingung dengan kedunguanku..


hatiku memberontak, tapi gitik itu membuatku harus diam..
bungkam, menyumpal sendiri mulut yang berisi lidah hitam

Tuhan, apa aku harus masih percaya padamu?
jika selalu seperti ini..
Tuhan, hanya satu do'aku..
tolong keluarkan aku dari labirin berengsek ini!
Baca selengkapnya » 1 komentar

Puisi: "Selang Penantian"

Foto: dari google

Selang Penantian

Oleh: Aziz Tanggoli

Terjebak diantara gelap pergantian


kedap, pengap, sesak menyakitkan
diruang-ruang sempit aku terperangkap


meringkuk bak bangkai tikus membusuk

membelakangi jeruji; aku tertegun mati


menyibak sepi, menepis tapis;



udara berbaur debu dari lorong pembuangan
tak ada teman; hanya sendiri tak berkawan
di sel ini aku menari; dikelilingi tembok-tembok mati berdiri


diiringi musik sendu para iblis yang tinggal lebih dulu dariku
sendiri; padahal penuh ramai



dari arah depan, belakang, samping kiri samping kanan


mengusik; nafsu liar menelisik:
bunuh, bunuhlah dirimu; tak gunanya kau hidup


karena kau hanya daging dekil yang terkucil
bunuh, bunuhlah dirimu; tak gunanya kau hidup



karena sesungguhnya kau telah lama mati
mati dimakan benci; hatimulah yang mati
Baca selengkapnya » 0 komentar

Cerpen: "Lilir Malam"

Foto: Dari google

Malam ini aku tidur bertiga. Adik perempuanku yang masih berumur lima tahun tidur di dekat pintu, temanku Aceng dtengah dan aku dsebelahnya. Dini hari, tepat pukul 02.15, adikku bangun. Kamipun ikut terbangun, meski hanya menggeliat malas tak peduli. Ia mengusap-ngusap matanya dengan jari-jarinya yangmungil. Setelah itu ia terlihat mesem, senyum sendiri, lucu skali. Awalnya biasa saja, tak ada yang aneh. Tapikemudian senyum itu menjad tawa. Ia menggoda Aceng yang saat itu ingatanya timbul tenggelam karena kantuk.Aku hanya mengintip dari sudut mataku yang malas.
Sama sekali aku tak menghiraukanMereka seperti asyik bermain. Padahal ini kan dini hari, pikirku dalam hatiAh, biarkan saja lah! Akupun kembali menganyam kapuk. Tapi, baru saja aku memejamkan mata, tiba-tibatelingaku diusik suara mereka yang semakin gaduh dan terdengar aneh. Terlebih tawa adiku yang cekikikan.Membuat bulu kuduku merinding, berdiri meregang. Dan malam di Januari ini terasa mencekam.
Aku  perhatikan mereka dengan posisiku yang masih terjaga. Kulihat kedua bola mata adiku memekathitam. Hitam memenuhi matanya. Hitam sempurna. Sambil terus cekikikan tak berhenti, giginya yang rapih dan manis seketika itu berubah menjadi tidak rata seperti gergaji. Kuku-kuku tangannya yansemula kecil mungil, sekarang kasar memanjang. Tajam menggerayangi pinggang Aceng. Herannya, Aceng juga ikut-ikutan aneh. Ia tak biasanya bercanda terlalu ria. Apa lagi dengan anak kecil, karena dia tak suka anak kecil.
Mereka berdua smakin menjadi, membuatku risihDi tengah pagi buta mereka membuat kegaduhan, takut mengganggu tetangga yang sedang tidur. Sentak, aku guncang tubuh Aceng. Tapi sepertinya ia tak sadar. Ia seperti terhipnotis dan kehilangan kewarasannya.
“Ceng! Ceng! Sadar, Ceng!” Gertakku tak didengarnya.
Beberapa kali kuguncangkan tubuhnya dan terus menyamatnya, dia tetap saja tak peduli. Tapi ternyataada yang sedang memperhatikanku, adikku. Menghentikan tawanya dan mengarahkan pandangannya kepadaku.Senyap. Kegaduhanpun lenyap. Anganku ratug, dadaku bergetar. Keringat dingin mengucur di seluruh tubuhku.Tak berani aku tunjukkan mukaku ke arahnya.
Aku hampir kehilangan kendali. Tubuhku lemas namun tetap aku kuatkan agar tidak jatuh dan pingsan. Perlahan aku palingkan mataku kepada Adik karena penasaran mendapati ia diam. Tapi apa yang aku lihat?Pandangannya tajam, menyibak kemarahan dari wajahnya. Adiku yanlugu, lucu dan manis itu berubah menjadi sosok yang menakutkan. Dia terus menatap ke arah kami berdua, dan Aceng pun kini sadar dan sangat ketakutanKembali adikku tertawa cekikikan sambil tak melepas pandangannya kepadakuWajahnya pucat mayat. Tangan-tangannya diangkat dan mendekati wajah kami yang ketakutan. Kulirik sepintas celana Aceng basah, dan cairan hangat juga membasahi selangkanganku. Gaapp...! Tangannya mencekik leher kami. Kami kesulitan bernafas. Bahkan untuk berkata tolong pun kami tak sanggup.
Wajah kami memerah padam, menahan aliran darah yang biasanya hilir mudik di sekitar leher dan kepala. Kami tak mampu bertahan, hanya pasrah yang bisa dilakukan. Di sela ketakutan dan ketegangan itu, sempat aku berpikir, tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Masa iya, seorang bocah perempuan berumur lima tahun bisa sekuat orang dewasa. Bahkan lebih kuat dari tiga orang perempuan dewasa atau satu orang laki-laki dewasa. Sangat mustahil.
Sementara kami hampir meregang nyawa, tiba-tiba ada seseorang membisiki telingaku dari arah belakang dengan nada lemah, seperti kakek-kakek yang sudah udzur.
“Kau ingat saat kau bermain ria dengan adikmu?” ucapnya samar.
Lalu aku jawab dengan sedikit memaksa menganggukan kepala dua kali, tanda aku mengiyakan.
“Masih ingat saat kau dimarahi ibu dan bapakmu habis-habisan karena kau bercanda terlalu berlebihan dan hampir membunuh adikmu?” Sekali lagi aku anggukan kepala.
“Nah, hanya itu satu-satunya penangkal yang bisa melepaskanmu dari cengkraman tangan adikmu yang kerasukan,” paparnya.
Lagi, aku bersemangat menganggukan kepalaku meski kesakitan.
“So, gutlak ya, semoga berhasil. yuk ah ciiin, aku pergi dulu. Capcuuuuuuussss…!”
Begitu kalimat terakhir dari seorang misterius yang membisikkanku.
Tanpa berlama-lama, aku langsung pasang kuda-kuda jemariku. Dan… “Rasakan ini, jurus gelitikan maut Aziz Tanggoli, si pembela kebenaran dan keadilan. Ciaaaaaattt!” Teriakku bersemangat menumpas kejahatan. Persis seperti di film-film heroik anak-anak. Tanganku yang sudah terlatih menggelitiki pinggang dan seluruh bagian tubuh yang sensitif menerima rangsangan. Melihatku, Aceng pun kemudian mengikuti apa yang aku lakukan. Adikku kegelian dan tak mampu menahan gempuran serangan dari dua superhero yang mencoba melepaskan diri dari cengkramannya.
“Hahaha... ampun kak... ampun kak! Hahaha...,” teriaknya berkali-kali dibarengi tawa ngilu, sangat lucu. Wajahnya yang tadinya seram buram, kini menjadi menggemaskan. Membuat kami ikut tertawa dan rasa takut pun hilang sirna. Melihat adikku terpingkal geli menahan tawa, semakin membuat kami tak ingin berhenti dan terus menggelitikinya. Sampai akhirnya adikku tak kuat lagi, habis tenaganya, tak sadarkan diri. Sekarang  ketakutanku bukan karena hantu atau orang kesurupan, tapi aku takut kejadian itu terulang kembali. Adikku hampir mati dan aku dimarahi bapak dan ibu habis-habisan.
Benar yang aku bayangkan. Tak lama kemudian tanda-tanda kehadiran ibuku yang galak aku rasakan. Bak petir di siang bolong melompong, dini hari yang sunyi berubah menjadi riuh gaduh.
“Aziiiiiiiiizzzz…! Ke sini kamu...!” Panggilnya dengan suara menggeram. Ketakutanku melihat hantu tak seberapa jika dibandingkan dengan ketakutanku saat ibu memarahiku. “Aziiiiiiiizzz…! Aziiiiiiizzz...!” Kembali dia memanggil-manggil namaku. Sumpah demi Tuhan aku ketakutan. Aceng tertawa melihatku gemetaran. “Aziizz...! Aziizz...!” Demikian panggilan itu terus berulang-berulang dan seakan bersahutan saling memantulkan. Dan akhirnya ibuku tiba di depanku dengan mata melotot dan membawa sebilah golok di tangan kanannya. Oh tidak, kali ini ibu benar-benar akan membunuhku. Lagi-lagi saat terpojok seperti ini aku baru mengeluarkan jurus-jurus andalanku. Jurus kedua, yaitu jurus kaki seribu.
“Lariiiiiiii...!” Teriakku mengajak Aceng berlari. Kami segera membuka pintu dan lari keluar sambil berteriak-teriak. “Lariii… lariiii... lariii... lariii... jangan berhenti!”
Lalu sembari kencang berlari kututup mata agar aku tak melemah. Setengah sadar aku masih mendengar panggilan itu tetap bergaung di telingaku. Bahkan sekarang semakin kencang. “Aziiiizzz…! Aziiiizzz...! Bangun! Ayo sholat subuh, nanti kesiangan!” Kemudian aku buka mataku. Kuperhatikan keadaan sekitar dengan waspada. Kulihat Aceng masih mendengkur, begitu juga adikku masih pulas terjaga dengan empeng di mulutnya. “Allamaaaakkk…! Ternyata cuma mimpi. Huuuuhh...,” aku menghela nafas.
“Aziiiiizzz…! Aziizzz...! Cepat sholat, Nak, uda jam lima pagi!” Kembali suara itu terdengar.
“Iya, Bu! Aziz sekarang  ambil wudhu.”
Aziz Tanggoli

Bandung, 22 juli 2012
Baca selengkapnya » 0 komentar

Copyright © Tanggoli Go Blog 2010

Template By NY