|
Gambar: dari google |
|
Perhatian: Obrolan ini tidak penting untuk di simak!
"Besok itu ada ujian tengah semester. Terus kenapa gak belajar?" Katanya padaku.
"Bukan waktunya belajar, sekarang itu nyiapin mental sama nyiapin strategi biar posisi aman, besok." Jawabku.
"Lha, kok?" Dia pasang wajah melengo.
"Kenapa emang, ada masalah?" Tanyaku.
"Maksudnya,
kamu mau nyontek?" Tanyanya, gusar, geram dan sedikit agak marah.
Mungkin karena dia merasa orang paling suci di dunia. Tapi, kemudian dia
diam, mungkin juga dia takut padaku. Karena orang bilang wajahku
angker. Entah, biarlah.
Kemudian aku menjawab, "Posisi menentukan prestasi" Pungkasku. Lalu dia bangkit, mengacung tangan tak setuju.
Dia
mau ngomong. Menyanggah atau apalah. Tapi dengan cepat aku tambahkan,
"Biarlah seperti itu, kita kan sudah terlanjur dicontohi para pemimpin.
Bukankah mereka juga seperti itu? Mereka saling berebut posisi, berebut
kedudukan untuk menempati posisi aman; menurut mereka. Ya, meski dengan
cara yang salah. Lha, mau bilang apa lagi, dosa? Mereka sudah tidak
merasa berdosa. Itu kebiasaan yang sudah mengakar dan mendarah daging."
"Tapi, kan ..." Dia mencoba menyela.
"Tapi apa? Ini bicara soal kenyataan. Sudah terima saja. Mungkin aku dan mereka adalah ahli neraka."
Nanti
ketika aku di tanya oleh Tuhan, "kenapa kamu berlaku curang?" Aku jawab
simpel saja: "maaf Tuhan, aku hanya mengikuti contoh para pemimpinku.
Kalo mau masukin ke neraka, silahkan mereka dulu, baru setelah itu aku."
Lalu,
Tuhan pun merasa kasihan padaku, "Sudah, makan dulu saaanaah, biar
nanti ku urus mereka para pemimpinmu yang curang itu. Aku sudah siapkan
Timah panas dan gada besi untuk ku hadiahkan kepada mereka."
"Jadi, aku tidak jadi masuk nereka, Tuhan." Tanyaku polos.
"Eh, kamu juga nanti nyusul. Ku urus mereka dulu, baru setelah itu kau."
"Lalu, bagaimana nasibku, Tuhan." Temanku ikut bertanya pada Tuhan.
"Kau,
juga nanti menyusul, ya. Kan kau juga ikut-ikutan nyontek pas di kelas.
Kau tau nyontek itu gak boleh, kau sendiri ikut juga. Kau munafik.
Jadi, kau lebih berat hukumannya."
Temanku, "Yasudahlah ..." Dia terlihat pasrah.
***
TAMAT
Ditulis saat malam hari saat persiapan untuk UTS besok hari. Oleh orang gila bernama Aziz Tanggoli.
Dia adalah mahasiswa yang belum waras, ya, dia masih gila dan katanya
sedang mencari kewarasan yang sejati. Entah apa yang dibicarakannya. Dia
ngawur dan semaunya. Begitulah dia, aneh dan gila. Jadi tolong kalau
ketemu orang ini di jalan, suruh dia wudhu dan sholat, biar dia tobat.
Tolong ingatkan juga kalo orang tuanya sedang menunggu untuk melihat
anaknya sukses. Jadi, ingatkan supaya buru-buru lulus, cari duit yang
banyak, cari kebahagian selain duit, cari calon istri yang sholehah,
cari istri yang sholehah, punya anak yang baik; sholeh, solehah; dan
bahagiakan orang tua dengan segala cara sebelum mereka atau dia sendiri
yang akan lebih dulu meninggal dunia.
Sudah, itu saja pesan saya;
pesan yang saya sampaikan untuk saya sendiri. Semoga saya semakin
waras, waras, dan waras yang sebenarnya. Sekian, terimakasih!
24/03/2014